Pasca Idul Fitri dan Urbanisasi di Indonesia
Idul Fitri
Pasca Idul Fitri dan Urbanisasi
Pasca
Perayaan Idul Fitri, Para pemudik akan kembali ke tempat asal istilah yang
sering disebut Arus Balik. untuk melanjutkan aktivitas sehari-hari. Keinginan
untuk hidup yang lebih baik terkadang membuat para penduduk di daerah yang
memiliki kerabat di Kota Besar akan memanfaatkan momen di Arus Balik untuk ikut
serta berangkat ke Kota Besar. Indonesia merupakan salah satu Negara yang tingkat
Urbanisasi penduduk sangat tinggi dikarenakan perkembangan Kota yang belum
merata yang dilihat dari tingkat penghasilan dan pola konsumsi masyarakat
ditambah upah minum pekerja yang belum merata. Jakarta sebagai Ibukota Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) menjadi daerah yang sangat diminati bagi
para penduduk di berbagai daerah untuk memperoleh lapangan pekerjaan, Jakarta
sebagai Ibukota Negara dan pusat perekonomian yang ditunjang dari berbagai
sector seperti Perusahaan, Transportasi, Komunikasi, Perdagangan.
Gambar Oleh : (m.timesindonesia) |
Penulis
disini sebagai orang daerah dan berinteraksi dengan orang-orang daerah, pada
umumnya ada beberapa hal yang membuat Jakarta menarik seperti Pusat
Perbelanjaan (Mall) yang banyak membutuhkan tenaga ataupun karyawan, Restoran
yang banyak membutuhkan karyawan seperti koki yang mengerti makanan
tradisional, Perusahaan dan Pabrik yang membutuhkan Karyawan banyak , KRL,
Busway, Angkutan Umum memudahkan dalam bekerja, dan Gaji yang begitu besar
daripada di daerah. Hal ini yang membuat Jakarta dan sekitarnya menjadi tujuan
bagi para penduduk di daerah untuk merantau.
Kota yang lain seperti Surabaya menjadi salah satu favorit tujuan urbanisasi selanjutnya dikarenakan Surabaya sebagai Kota Industri dan Perdagangan menjadi hal yang tepat untuk para penduduk dalam bekerja. Penulis sebagai orang Blitar yang terletak di sisi Selatan Surabaya sebagai Ibu Kota Provinsi Jawa Timur memberikan bahwa Kota Surabaya merupakan Kota yang ramai dan menjadi tujuan bagi berbagai masyarakat Jawa Timur serta Luar Jawa Timur untuk bekerja.
Penulis pernah hidup di Kota Surabaya ketika menempuh pendidikan di salah satu PTN, merasakan bahwa Kota Surabaya merupakan sebuah Kota yang tak pernah tidur (sepi) dikarnakan ramainya kota ini seperti aktivitas perkantoran dan perdagangan di pagi sampai malam hari. Kota Surabaya seakan bertambah ketika pasca liburan ataupun lebaran hal ini juga akan semakin terasa ketika penerimaan mahasiswa baru dikarenakan banyak pendatang yang datang ke Surabaya dan para sarjana baru yang bekerja di Surabaya. Perpindahan penduduk dari daerah pasca Idul Fitri juga terjadi di Kota-Kota di Luar Pulau Jawa yang menjadi pusat ekonomi, hal ini dikarenakan peluang bekerja di kota-kota pertambangan.
Penulis sebagai penduduk daerah melihat hal ini dari fenomena masyarakat blitar yang banyak merantau ke pulau Kalimantan di kota-kota besar seperti Samarinda, Balikpapan, Palangkaraya. Peluang kerja yang besar dan penghasilan yang lebih tinggi daripada di Blitar menjadi sebuah alasan untuk berangkat bekerja di Kalimantan. Hal ini kebanyakan terjadi setelah Idul Fitri ketika kerabat yang bekerja kembali pulang ke kampung halaman dan cerita bahwa kehidupan dan penghasilan disana lebih baik sehingga mengajak kerabat untuk hidup lebih baik. Peluang inilah menjadi sebuah kesempatan untuk berangkat ke luar pulau ketika kehidupan dan penghasilan di kampung halaman tidak memberi hasil lebih baik. (cpe/aka)
Kota yang lain seperti Surabaya menjadi salah satu favorit tujuan urbanisasi selanjutnya dikarenakan Surabaya sebagai Kota Industri dan Perdagangan menjadi hal yang tepat untuk para penduduk dalam bekerja. Penulis sebagai orang Blitar yang terletak di sisi Selatan Surabaya sebagai Ibu Kota Provinsi Jawa Timur memberikan bahwa Kota Surabaya merupakan Kota yang ramai dan menjadi tujuan bagi berbagai masyarakat Jawa Timur serta Luar Jawa Timur untuk bekerja.
Penulis pernah hidup di Kota Surabaya ketika menempuh pendidikan di salah satu PTN, merasakan bahwa Kota Surabaya merupakan sebuah Kota yang tak pernah tidur (sepi) dikarnakan ramainya kota ini seperti aktivitas perkantoran dan perdagangan di pagi sampai malam hari. Kota Surabaya seakan bertambah ketika pasca liburan ataupun lebaran hal ini juga akan semakin terasa ketika penerimaan mahasiswa baru dikarenakan banyak pendatang yang datang ke Surabaya dan para sarjana baru yang bekerja di Surabaya. Perpindahan penduduk dari daerah pasca Idul Fitri juga terjadi di Kota-Kota di Luar Pulau Jawa yang menjadi pusat ekonomi, hal ini dikarenakan peluang bekerja di kota-kota pertambangan.
Penulis sebagai penduduk daerah melihat hal ini dari fenomena masyarakat blitar yang banyak merantau ke pulau Kalimantan di kota-kota besar seperti Samarinda, Balikpapan, Palangkaraya. Peluang kerja yang besar dan penghasilan yang lebih tinggi daripada di Blitar menjadi sebuah alasan untuk berangkat bekerja di Kalimantan. Hal ini kebanyakan terjadi setelah Idul Fitri ketika kerabat yang bekerja kembali pulang ke kampung halaman dan cerita bahwa kehidupan dan penghasilan disana lebih baik sehingga mengajak kerabat untuk hidup lebih baik. Peluang inilah menjadi sebuah kesempatan untuk berangkat ke luar pulau ketika kehidupan dan penghasilan di kampung halaman tidak memberi hasil lebih baik. (cpe/aka)